Sabtu, 16 Oktober 2010
Hujan Di Malam Hari
Tiupan angin berlomba saling mendahului,..
menyisir ranting dedaunan menatap atap buana,..
hingga jatuh menutup tanah kering,..
tersapu jauh meninggalkan dahan,..
anginpun enggan hentikan hembusan,..
Sejenak ku menatap arah cakrawala,...
sang rembulan tak menampakan senyuman,..
samar bayang bayang sinaran,..
bintangpun bersembunyi di balik awan,..
menutup butir butir keindahannya,..
oleh kepekatan segumpal hawa dingin mengelilingi,..
dia menggigil hingga melambai rembulan,..
memohon selimuti oleh bias sinar,...
Namun titik titik bayu tak menghiraukan,..
berdatangan mendekap buana,..
membasuh tanah daun daun merebah,..
hingga terhanyut entah kemana arus kan membawa,..
di mana sunyi menawarkan kedinginan,..
akupun merasakan itu,..
menyisir ranting dedaunan menatap atap buana,..
hingga jatuh menutup tanah kering,..
tersapu jauh meninggalkan dahan,..
anginpun enggan hentikan hembusan,..
Sejenak ku menatap arah cakrawala,...
sang rembulan tak menampakan senyuman,..
samar bayang bayang sinaran,..
bintangpun bersembunyi di balik awan,..
menutup butir butir keindahannya,..
oleh kepekatan segumpal hawa dingin mengelilingi,..
dia menggigil hingga melambai rembulan,..
memohon selimuti oleh bias sinar,...
Namun titik titik bayu tak menghiraukan,..
berdatangan mendekap buana,..
membasuh tanah daun daun merebah,..
hingga terhanyut entah kemana arus kan membawa,..
di mana sunyi menawarkan kedinginan,..
akupun merasakan itu,..
Tidak ada komentar:
Posting Komentar