Rabu, 17 November 2010
Fitnah
Tersungkur raga di kediaman pasrah,..
kembali tercabik cemeti petir dalih kiasan,..
tetes hujan darah sekujur sudut mata,..
di sekitar relung hati kaku membujur,..
belati lidah menghunjam ranting mulai rapuh,..
terdesak ancaman batu menindih pelataran,..
menutup rintis lalu lalang naluri,..
tak percaya ini kan lelehkan kejora jingga,..
jernih terbius keruh bahasa tanya,..
Semampai kata tak lagi terlihat,..
tertuduh jeramnya arus penghanyut,..
nan kan menganga liang pusara rasa,..
hingga tertanam di kedalamannya,..
oleh pisau pisau fitnah menikam,..
menebas relung belaian dada,..
mawar merah menghampiri singit kamboja,..
tak kan lagi aroma wewangi menghuni,..
Kenapa kepalsuan abjad tak tersumbat ?
kembali tercabik cemeti petir dalih kiasan,..
tetes hujan darah sekujur sudut mata,..
di sekitar relung hati kaku membujur,..
belati lidah menghunjam ranting mulai rapuh,..
terdesak ancaman batu menindih pelataran,..
menutup rintis lalu lalang naluri,..
tak percaya ini kan lelehkan kejora jingga,..
jernih terbius keruh bahasa tanya,..
Semampai kata tak lagi terlihat,..
tertuduh jeramnya arus penghanyut,..
nan kan menganga liang pusara rasa,..
hingga tertanam di kedalamannya,..
oleh pisau pisau fitnah menikam,..
menebas relung belaian dada,..
mawar merah menghampiri singit kamboja,..
tak kan lagi aroma wewangi menghuni,..
Kenapa kepalsuan abjad tak tersumbat ?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar